Negeri melawan asap




Tahun 2015 ini lagi lagi membahana karena kabut asap yang menyelimuti negeri. Korban ISPA karena asap sudah mencapai angka puluhan ribu jiwa, Riau saja menyumbang angka 12 ribu. Data BPNB menyebutkan, titik api di Sumatera naik dilihat dari Pantauan Terra Aqua Senin (21/9/15) pukul 05.00, mendeteksi di Sumatera 399 titik dan Kalimantan terpantau 208 titik. Sebenarnya acara kabut asap ini bukan hanya disebabkan karena EL nino yang kebetulan mampir melainkan banyak faktor dan utamanya adalah ulah tangan manusia.
18 tahun terakhir ini kebakaran hutan, asap dan dampak yang ditimbulkannya menjadi dilema negeri. Sudah menjadi rahasia umum bahwa sebagian besar kebakaran ini dilakukan sengaja dengan tujuan membersihkan hutan bagi perkebunan kelapa sawit, ditambah hasil praktik deforestasi yang luas, dan juga drainase lahan gambut mengundang api untuk semakin menyebar. Sekitar satu gigaton karbon dilepaskan dari kebakaran hutan lahan gambut, setara dengan sekitar 10% dari emisi bahan bakar fosil global tahunan, begitu mencengangkan. Kabut asap, resiko kesehatan, emisi karbon, lenyapnya keaneka ragaman hayati  dan tingkat udara yang terpolusi parah akibat dari pembakaran lahan yang disengaja ini. Harga kerugian ekosistem sulit dihitung dengan rupiah, apalagi pemulihan membutuhkan waktu yang cukup lama.
Kalau pemerintah berfikir dengan cermat, berapa saja biaya yang dikeluarkan untuk pembelian air untuk memadamkan api, bahan bakar mobil pengangkut air, bahan bakar untuk water bombing, helikopter pemantau titik api, biaya ekstra tenaga pemadam kebakaran, bahkan alokasi anggaran yang disediakan untuk pembelian masker ini sudah mencapai Rp500 juta. Belum lagi kacaunya jadwal penerbangan yang mengganggu perekonomian. Dana operasional untuk pos-pos kesehatan serta tenaga medisnya, dampak pada manusia terutama anak-anak dan ibu hamil yang terkena penyakit, ekosistem rusak, sungguh sangat merugikan. Dan biaya diatas dikeluarkan selama berapa tahun? lantas bagaimana ?
berapa sih yang diberikan para stakeholder hingga pemerintah mau mengorbankan segala nya ? terutama mengorbankan rakyat dan negerinya.
Komitmen Presiden Jokowi di pengujung 2014 yang menyebut Indonesia bebas asap pada 2015 seperti menunggu godot, ketidakpastian dan harapan semu. Saya rasa akar masalah kebakaran dan asap di Indonesia ini sudah sangat dipahami oleh pemerintah. Selama ini pemerintah melawan asap hanya dengan water bombing, modifikasi cuaca, pembagian ratusan ribu masker, pendirian pos pos kesehatan, yang semuanya itu tidaklah salah, namun tidak tepat pada titik masalah. Akar masalah adalah penerbitan konsesi dan penegakkan hukum. Hal ini seperti tabib yang mengobati penampakan dari penyakit, tapi tidak mengobati sumber dari penyakit. Akan sama saja, dan terus berulang. Ternyata kapitalisme merambah hutan dan mengorbankan negeri, coba saja hukum tegak dengan sebenar-benarnya pada perusahaan pembakar lahan, menghentikan penerbitan izin baru, dan evaluasi izin yang telah diterbitkan. Kawasan hutan ini harus segera dipulihkan dan memberi kesempatan pengolahan dan perlindungan hutan secara sistemik dari masyarakat hingga pemerintah. Penegakan hukum juga harus dilakukan kepada stakeholder selain private sector yang memiliki mandat dan wewenang melakukan perbaikan tata kelola. Memang semua itu tidak akan pernah terjadi ketika kecondongan masih pada kapital, urus perut sendiri dan semakin tidak peduli. #savenegeri asap

Komentar

Postingan populer dari blog ini

manusia ideologi dan manusia tadah hujan

anti terorisme dan radikalisme