甘え　（amae）

There is amae everywhere in the world, but it is interesting that in the Japanese language there is a concrete word to describe it, there is even a verb amaeru that means “depend on the benevolence of others”.
It happens that in Japan the amae phenomenon is very exaggerated and you find 40 years old women who act like a 15 years old girl.
Japanese men like girls with childish faces, they expect childish behavior from women, they like them submissive; they usually prefer this prototype, known as “kawai”, than an elegant, beautiful woman with a strong character.
In Japan, men/boyfriends/husbands like to be the protectors of their women, it seems they don’t like to feel that the women is the one with the control over them.
An example of amae coming from men would be when the husband arrives home drunk and the woman instead of scolding him, she just helps him to undress and go to bed. This is pretty normal in Japanese dramas.
Amae plays a fundamental roll in a collectivist society where individualism is not well seen and people likes the group to have the power.
Amae helps in the process of creating harmonius interconnections inside the family, in the companies and between friends. 
Japanese do not usually confront each other, it is very difficult to see Japanese people arguing. 
 Amae is one of the tools to keep the harmony, the peace, the “wa”  in the Japanese society.


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

manusia ideologi dan manusia tadah hujan

Gambar
Assalamualaikum, hai kawan, bertemu lagi dengan saya di awal tahun 2016. tangan sayalah yang selalu menari di atas keyboard dan mengeluarkan isi pikiran dan saya rasa, emm, kadang juga kurang bermutu, maaf. Malam ini saya juga ingin senam jari lagi, menuliskan tentang sebuah asa dan sebuah pemikiran yang sebulan ini mengendap di kerak syaraf. Iya, sudah lama saya ingin mengungkapkannya. dan baru akan saya lakukan sekarang, pukul 22.22 WIb di kota Malang tepatnya di kost saya yang masih sangat berisik dikala tetangga sudah terlelap. oke lupakan. beberapa waktu lalu saya mengobrol empat mata dengan pembina saya, dia seorang wanita dengan mata tajam dan pemikiran analitis yang selalu saya kagumi. saat itu kami membahas tentang ideologi. Memang bukan tentang konsepnya, karena saya sudah melakukan pengkajian tentang ideologi sejak 2 tahun lalu ketika masih berada di semester 1 perkuliahan. Ingat sekali dalam benak saya kalimat bahasa arab yang pada saat itu, hanya itulah yang saya hafa...
Baca selengkapnya

anti terorisme dan radikalisme

hari kamis tanggal 27 agustus 2015 di Universitas Brawijaya Malang diselenggrakan dialog Pecegahan Paham Radikal Terorisme dan ISIS di kalangan perguruan tinggi di Jawa Timur. Mengundang pembicara yang sangat mencengangkan salah satu nya Ali fauzi seorang peneliti bom dan terorisme yang dulu mantan kombatan. Juga ustad yahya (kalo tidak salah, saya sedikit lupa). Dan kebetulan sekali saya datang pada sesi kedua, tidak pada sesi pertama dengan pembicara dari DPR dan BNPT (alhamdulillah, saya rasa mereka membosankan). Sesi ini di awali oleh ustad yahya yang saya mendengar beliau mengatakan tentang daulah islamiyyah yang dibentuk oleh ISIS. dan juga Khilafah dalam hadist nabi dikatakan hanya pada masa 30 tahun, setelah itu berbentuk kerajaan, jadi khilafah sudah tidak berlaku lagi. itu intinya. saya memang tidak mendengar banyak dari bapak ini. dilanjutkan pembicara kedua bapak Ali fauzi, beliau bercerita tentang pengalamannya membuat bom, pengalaman di afganistan, moro, malaysia,dll ...
Baca selengkapnya