kereta api dan ayah
kereta api mengular diatas rel nya. stasiun demi stasiun menaik-turunkan penumpang seperti biasanya.
roda besi beradu dengan rel mengalunkan irama konstan dan kantuk segera menyergap sebagian besar penumpang.
Alunannya menggiring dalam ritme bosan hingga terlelap dalm kereta api yang berdesakan.
aku hanya duduk menikmati waktuku.DIsamping dan depan tempat dudukku ada dua gadis cantik bercengkrama.
aku sebenarnya tidak berhasyrat menguping, tapi apa daya duduk kami terlalu dekat.
Mereka berdua sebenarnya bertiket tanpa tempat duduk, tapi kami bagi dua porsi kursi untuk tiga gadis, seperti sekarang ini.
jadi aku secara tidak langsung menjadi pendengar yang baik, maksudnya ikut dengerin tanpa menimpali. hehe
gadis pertama mengeluh tertahan, ada rasa enggan bercampur bosan dengan apa yang dia tuju ke Surabaya nanti.
dia bosan bekerja. dia lelah bekerja. gadis kedua menyiratkan keprihatinan dan berusaha menguatkan.
Gadis pertama kembali menarik napas panjang, dia tahu ini adalah cara terbaik, daripada dia nganggur dirumah, do nothing,
akan mati kebosanan tentu saja. lalu dia mencontohan seseorang yang berhenti bekerja dan hidup lebih susah dari mereka.
dua gadis ini mengambil pelajaran berharga, mau gimana lagi, disyukuri saja.
hm, kakak kakak ini seandainya tahu apa yang bisa mereka lakukan untuk umat manusia. aku berseru dalam hati.
aku sepakat bekerja itu melelahkan, bekerja itu membosankan, dan jutaan wanita tidak tahu ada cara yang lebih asyik daripada hanya sekedar bekerja atau main main saja.
pembicaraan mereka mengalir kesana kemari dan aku mulai memusatkan diri pada buku istimewa yang aku baca. Judulnya 'muslimah negarawan'.
kadang aku komat kamit untuk memastikan yang aku baca sudah disave oleh otak. aku berkali kali tersenyum puas, buku ini badai tak terkira.
sebuah cita cita besar muslimah yang lebih mulia dan tinggi daripada apapun. Menjadi seorang muslimah negarawan.
dia bisa jadi bekerja tapi bukan karir orientasinya.
dia tentu intelektual tapi bukan ijazah dan ipk penentu keberadaanya
dia muslimah shalihah yang tidak termakan gosip murahan feminisme atau terbelenggu oleh pemberdayaan kapitalisme
dia bukan agent liberalisme meskipun hidupnya sama sekali tidak terikat dengan aturan manusia
mebebaskan dirinya dari semua rantai penjajahan fisik atau psikis, dan memusatkan perhatiannya untuk kebangkitan hakiki manusia.
dia hidup untuk hidup panjangnya.
dia muslimah negarawan dengan cita cita besar menggantung didepan mata.
wow banget buku ini !
(ini spoiler aja, baca bukunya ya, lebih bagus dari yang kamu kira :D )
aku mencoba memahami buku ini dan reaalitas dunia dimana aku hidup dan tumbuh berkembang. Memang semua menjadi serba sulit ketika jantung kaum muslim dihancurkan.
aku pun tak tega melihat para perempuan memunguti remah remah kapitalisme. namun mereka butuh itu.
yah, harusnya kita sama sama bekerja untuk peradaban, bukan bekerja untuk uang semata.
aku menutup buku merah ini dan mencoba mencerna apa yang aku dapatkan. pikiranku mulai berkelana, dan dua gadis cantik itu akhirnya pindah karena menemukan tempat kosong.
aku termangu. diam beberapa saat menikmati irama kereta yang konstan tapi tak berhasil membuatku ikut mengantuk.
kereta berhenti di stasiun untuk kesekian kalinya. Penumpang turun dan penumpang baru masuk kedalam. seorang gadis berkaca mata harry potter berdiri juga tak mendapat tempat duduk,
bersama ayahnya, ya mungkin itu ayahnya, disampaingnya berdiri juga.
kenapa sih gaya orang orang ini? tak bisakah keluar dari tren? tanyaku dalam hati. persis didepanku gadis berhijab syari juga berkacamata bulat sepert harry potter.
aku heran aja, karena menurutku Harry potter sudah tidak lagi tenar. gadis yang berdiri disamping ayahnya itu mengenakan pakaian semacam jilbab, mungkin,
lengan tiga perempat dan dengan deker panjang melintasi jarinya. tangannya dengan tangkas memegang HP yang sedari tadi menjadi pusat perhatiannya.
aku mengamatinya, kesan cuek dan 'ini gaya gue' keluar dari benakku menilai gadis berkerdung hitam itu. dia kmudian pindah tanpa pamit ayahnya ketempat duduk yang kosong.
ayahnya terlihat gusar. kemana anakku? mungkin itu pikirannya. si gadis sudah duduk tenang dengan HP ditangannya. menggantung kekhawatiran di mata sang ayah.
apa dia baik baik saja? mungkin itu tanyanya. sepersekian menit dia tak sabaran ini memastikan anak gadisnya tapi dia urungkan. anak gadisnya sudah bukan anak kecil lagi.
ayah ingin memanggil anak gadisnya untuk duduk bersama nya memastikan jika dekat dengan ayah maka aman, tapi lagi lagi dia urungkan.
aku tersenyum tipis. melihat si anak begitu tidak peduli dan si ayah begitu khawatir pada anak gadisnya.
oh dunia
apakah selalu seperti itu sikap ayah?
dia akan menjaga hal yang berharga dari hidupnya. itu adalah anaknya.
aku jadi ingat ayahku.
ayahku dan beberpa ayah lainnya terjerat oleh virus kapitalisme dan menjadi korbannya.
aku ingin tahu apakah ayahku akan sekhawatir ayah itu?
haha, aku tertawa hambar.
jika yang kita ingat keburukannya, maka akan berjejalan memenuhi ruang kepala.
menjadi kan hati panas dan kebencian tumbuh dengan cepatnya.
namanya juga manusia.
aku tidak bilang ayahku yang paling buruk,
tapi aku juga tidak bisa mengatakan dia malaikat.
memang faktanya bukan.
dia manusia yang sangat amat biasa. sama sperti kita.
anehkan jika kita menuntut mereka menjadi malaikat? haha, lagi lagi aku tertawa hambar.
coba ingat bagaimana kebaikannya, bagaimana kekahwatirannya ketika melihatmu sakit,
bagaimana tangannya yang besar dan tulus itu mengusap rambutmu.
bagaimana dia memastikan putrinya aman dari gangguan.
oh ayah
rinduku makin membuncah
aku sangat sadar kau bukan malaikat
aku tidak akan menuntutmu menjadi malaikat
aku tahu kau juga bukan makhluk jahat
ya jelas saja bukan.
kau ayahku
ayah ku yang sampai kapanpun akan menjadi ayah.
hai ayah, aku pulang.
catatan kereta dan ayah yang disambungkan tanpa ada kejelasan konjungsi, hehe
roda besi beradu dengan rel mengalunkan irama konstan dan kantuk segera menyergap sebagian besar penumpang.
Alunannya menggiring dalam ritme bosan hingga terlelap dalm kereta api yang berdesakan.
aku hanya duduk menikmati waktuku.DIsamping dan depan tempat dudukku ada dua gadis cantik bercengkrama.
aku sebenarnya tidak berhasyrat menguping, tapi apa daya duduk kami terlalu dekat.
Mereka berdua sebenarnya bertiket tanpa tempat duduk, tapi kami bagi dua porsi kursi untuk tiga gadis, seperti sekarang ini.
jadi aku secara tidak langsung menjadi pendengar yang baik, maksudnya ikut dengerin tanpa menimpali. hehe
gadis pertama mengeluh tertahan, ada rasa enggan bercampur bosan dengan apa yang dia tuju ke Surabaya nanti.
dia bosan bekerja. dia lelah bekerja. gadis kedua menyiratkan keprihatinan dan berusaha menguatkan.
Gadis pertama kembali menarik napas panjang, dia tahu ini adalah cara terbaik, daripada dia nganggur dirumah, do nothing,
akan mati kebosanan tentu saja. lalu dia mencontohan seseorang yang berhenti bekerja dan hidup lebih susah dari mereka.
dua gadis ini mengambil pelajaran berharga, mau gimana lagi, disyukuri saja.
hm, kakak kakak ini seandainya tahu apa yang bisa mereka lakukan untuk umat manusia. aku berseru dalam hati.
aku sepakat bekerja itu melelahkan, bekerja itu membosankan, dan jutaan wanita tidak tahu ada cara yang lebih asyik daripada hanya sekedar bekerja atau main main saja.
pembicaraan mereka mengalir kesana kemari dan aku mulai memusatkan diri pada buku istimewa yang aku baca. Judulnya 'muslimah negarawan'.
kadang aku komat kamit untuk memastikan yang aku baca sudah disave oleh otak. aku berkali kali tersenyum puas, buku ini badai tak terkira.
sebuah cita cita besar muslimah yang lebih mulia dan tinggi daripada apapun. Menjadi seorang muslimah negarawan.
dia bisa jadi bekerja tapi bukan karir orientasinya.
dia tentu intelektual tapi bukan ijazah dan ipk penentu keberadaanya
dia muslimah shalihah yang tidak termakan gosip murahan feminisme atau terbelenggu oleh pemberdayaan kapitalisme
dia bukan agent liberalisme meskipun hidupnya sama sekali tidak terikat dengan aturan manusia
mebebaskan dirinya dari semua rantai penjajahan fisik atau psikis, dan memusatkan perhatiannya untuk kebangkitan hakiki manusia.
dia hidup untuk hidup panjangnya.
dia muslimah negarawan dengan cita cita besar menggantung didepan mata.
wow banget buku ini !
(ini spoiler aja, baca bukunya ya, lebih bagus dari yang kamu kira :D )
aku mencoba memahami buku ini dan reaalitas dunia dimana aku hidup dan tumbuh berkembang. Memang semua menjadi serba sulit ketika jantung kaum muslim dihancurkan.
aku pun tak tega melihat para perempuan memunguti remah remah kapitalisme. namun mereka butuh itu.
yah, harusnya kita sama sama bekerja untuk peradaban, bukan bekerja untuk uang semata.
aku menutup buku merah ini dan mencoba mencerna apa yang aku dapatkan. pikiranku mulai berkelana, dan dua gadis cantik itu akhirnya pindah karena menemukan tempat kosong.
aku termangu. diam beberapa saat menikmati irama kereta yang konstan tapi tak berhasil membuatku ikut mengantuk.
kereta berhenti di stasiun untuk kesekian kalinya. Penumpang turun dan penumpang baru masuk kedalam. seorang gadis berkaca mata harry potter berdiri juga tak mendapat tempat duduk,
bersama ayahnya, ya mungkin itu ayahnya, disampaingnya berdiri juga.
kenapa sih gaya orang orang ini? tak bisakah keluar dari tren? tanyaku dalam hati. persis didepanku gadis berhijab syari juga berkacamata bulat sepert harry potter.
aku heran aja, karena menurutku Harry potter sudah tidak lagi tenar. gadis yang berdiri disamping ayahnya itu mengenakan pakaian semacam jilbab, mungkin,
lengan tiga perempat dan dengan deker panjang melintasi jarinya. tangannya dengan tangkas memegang HP yang sedari tadi menjadi pusat perhatiannya.
aku mengamatinya, kesan cuek dan 'ini gaya gue' keluar dari benakku menilai gadis berkerdung hitam itu. dia kmudian pindah tanpa pamit ayahnya ketempat duduk yang kosong.
ayahnya terlihat gusar. kemana anakku? mungkin itu pikirannya. si gadis sudah duduk tenang dengan HP ditangannya. menggantung kekhawatiran di mata sang ayah.
apa dia baik baik saja? mungkin itu tanyanya. sepersekian menit dia tak sabaran ini memastikan anak gadisnya tapi dia urungkan. anak gadisnya sudah bukan anak kecil lagi.
ayah ingin memanggil anak gadisnya untuk duduk bersama nya memastikan jika dekat dengan ayah maka aman, tapi lagi lagi dia urungkan.
aku tersenyum tipis. melihat si anak begitu tidak peduli dan si ayah begitu khawatir pada anak gadisnya.
oh dunia
apakah selalu seperti itu sikap ayah?
dia akan menjaga hal yang berharga dari hidupnya. itu adalah anaknya.
aku jadi ingat ayahku.
ayahku dan beberpa ayah lainnya terjerat oleh virus kapitalisme dan menjadi korbannya.
aku ingin tahu apakah ayahku akan sekhawatir ayah itu?
haha, aku tertawa hambar.
jika yang kita ingat keburukannya, maka akan berjejalan memenuhi ruang kepala.
menjadi kan hati panas dan kebencian tumbuh dengan cepatnya.
namanya juga manusia.
aku tidak bilang ayahku yang paling buruk,
tapi aku juga tidak bisa mengatakan dia malaikat.
memang faktanya bukan.
dia manusia yang sangat amat biasa. sama sperti kita.
anehkan jika kita menuntut mereka menjadi malaikat? haha, lagi lagi aku tertawa hambar.
coba ingat bagaimana kebaikannya, bagaimana kekahwatirannya ketika melihatmu sakit,
bagaimana tangannya yang besar dan tulus itu mengusap rambutmu.
bagaimana dia memastikan putrinya aman dari gangguan.
oh ayah
rinduku makin membuncah
aku sangat sadar kau bukan malaikat
aku tidak akan menuntutmu menjadi malaikat
aku tahu kau juga bukan makhluk jahat
ya jelas saja bukan.
kau ayahku
ayah ku yang sampai kapanpun akan menjadi ayah.
hai ayah, aku pulang.
catatan kereta dan ayah yang disambungkan tanpa ada kejelasan konjungsi, hehe
Komentar
Posting Komentar